Laman

SILSILAH RAJA-RAJA BERAU

Tertulis pada lembaran kertas F4 berbingkai warna gelap dipajang pada sebuah papan berlapis kaca dengan posisi terlentang menghadap ke langit-langit yang tingginya lebih kurang 120 cm SILSILAH RAJA-RAJA BERAU. Dua lembar kertas yang lain berukuran sama terletak di sebelah kiri dan kanan bertuliskan SILSILAH RAJA-RAJA GUNUNG TABUR (kiri), dan SILSILAH RAJA-RAJA SAMBALIUNG (kanan).

SILSILAH RAJA-RAJA BERAU
(setelah diperbaiki oleh: Datu Syachru)

1. AJI SURYA NATAKESUMA/BADDIT DIPATUNG
(1377-1401)
2. AJI NIKULLAN
(1401-1426)
3. AJI NIKUTAK
(1426-1451)
4. AJI NIGINDANG
(1451-1470)
5. AJI PANJANG RUMA
(1470-1495)
6. AJI TUMANGGUNG BARANI
(1495-1524)
7. AJI SURA RAJA
(1524-1550)
8. AJI SURGA BALINDUNG
(1550-1576)
9. AJI DILAYAS
(1576-1600)
10. PANGERAN TUA
(1600-1624)
11. PANGERAN DIPATI
(1624-1650)
12. AJI KUNING
(1650-1676)
13. SULTAN HASANUDDIN
(1676-1700)
14. SULTAN ZAINAL ABIDIN I
(1700-1740)
15. SULTAN BADARUDDIN
(1740-1760)
16. MAULANA SULTAN SALEHUDDIN
(1760-1777)
17. SULTAN AMIRIL MU'MININ
(1777-1800)
18. SULTAN ZAENAL ABIDIN II
(1800-1804)

Pada akhir abad XVIII Pemerintahan Kerajaan Berau diteruskan oleh 2 orang Sultan yaitu Sultan untuk wilayah Gunung Tabur dan Sultan untuk wilayah Sambaliung.

SILSILAH RAJA-RAJA GUNUNG TABUR
(setelah diperbaiki oleh: Datu Syachru)

1. Sultan Aji Kuning II
(1800-1850)
2. Raja Muda Sibandang
(1850-1860)
3. Sultan Amiruddin
(1860-1876)
4. Sultan Hasanuddin
(1876-1882)
5. Wakil Sultan (Regen) Haji Datu Adji Kuning
(1882-1892)
6. Haji Siranuddin
(1893-1903)
7. Sultan Achmad Maulana
(1903-1953)

SILSILAH RAJA-RAJA SAMBALIUNG
(setelah diperbaiki oleh: Datu Syachru)

1. Sultan Alimuddin/Raja Alam
(1810-1844)
2. Sultan Kaharuddin
(1844-1848)
3. Sultan Hadi Jalaluddin
(1848-1850)
4. Sultan Asyik Syarifuddin
(1850-1863)
5. Sultan Salehuddin
(1863-1869)
6. Sultan Adil Jalaluddin
(1869-1881)
7. Sultan Chalifatullah Bayanuddin
(1881-1902)
8. Aji Muhammad Aminuddin
(1902-1960)

Sayang sekali Silsilah Silsilah tersebut tidak lengkap, jika dibaca maka terkesan hanya merupakan urutan Raja-Raja dari tiga buah kesultanan. Tidak menggambarkan keturunan yang sebenarnya. Jadi, ketidaklengkapan dari silsilah silsilah tersebut bukan karena adanya bagian angka tahun yang hanya ditulis dengan tanda titik sebanyak sembilan buah pada masa pemerintahan sultan ke-5 (Sultan Muh. Salehuddin) kesultanan Sambaliung, akan tetapi Silsilah tersebut (sekali lagi) tidak menggambarkan keturunan sebagaimana dijelaskan dalam Kamus Bahasa Indonesia (2008:1349) bahwa silsilah adalah asal usul suatu keluarga, atau catatan yang menggambarkan hubungan keluarga. Dengan demikian akan lebih tepat jika kata "Silsilah" diganti dengan kata "Daftar Urutan".
Dalam kunjungannya ke Museum Batiwakkal

Tidak ada komentar:

Posting Komentar